Kamis, 14 Januari 2016

Avetebrata Air



BAB I
PENDAHULUAN

 A.    Latar Belakang
          Lebih dari sejuta hewan ini masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa setidaknya sejuta organism baru akan diidentifikasi oleh generasi  ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan kedalam sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya tergantung pada perbedaan pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di muka bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies akuatik. Lautan yang kemunganan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell, 2004:213).
          Habitat darat menimbulkan masalah khusus bagi hewan, seperti halnya juga bagi tumbuhan, dan beberapa filum hewan telah berhasil melakukan perjalanan evolusi menuju daratan. Cacing tanah (Filum Anelida) dan bekicot (Filum Mollusca) umumnya hanya hidup di tanah dan vegetasi lembab. Hanya Vertebrata dan Arthropoda. Termasuk serangga dan laba-laba, yang diwakili oleh keanekaragaman spesies hewan yang sangat besar, yang telah beradaptasi ke berbagai lingkungan darat (Nasir, 1993:135).
          Menjalani hidup di darat yang kita lakukan, menyebabkan pemahaman kita mengenai keanekaragaman hewan menjadi subjektif sehingga kita lebih menyukai Vertebrata, hewan bertulang belakang, yang terwakili dengan sangat baik di lingkungan darat. Akan tetapi, Vertebrata hanya menyusun satu subfilum dari filum Chordata, yang berjumlah kurang dari 5% dari semua spesies hewan. Jika kita ngin mengambil sampel-sampel hewan yang menempati laut saat pasang, suatu terumbu karang atau bebatuan di dasar aliran sungai, kita akan menemukan banyak sekali hewan Invertebrata, hewan tanpa tulang belakang (Kimball, 1984:884).
          Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dilakaksanakanlah praktikum lapangan yang dilakukan di daerah Tanjung Tiram Konawe Selatan yang kaya akan fauna darat dan akuatiknya serta dengan meletakkan beberapa tujuan dan berharap dapat mengambil menfaat dari pelaksanaan praktikum lapangan tersebut.
B.    Rumusan Masalah
1.    Bagaiaman keadaan topografi saat pelaksanaan praktek lapangan di Tanjung Tiram?
2.    Jenis-jenis hewan laut dan darat apa saja yang terdapat di Tanjung Tiram?
3.    Bagaimana cirri-ciri morfologi dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung Tiram?
4.    Bagaimana habitat dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung Tiram?

C.    Tujuan
1.    Untuk mengetahui keadaan topografi baik di darat maupun di laut saaat pelaksanaan praktek lapangan di Tanjung tiram.
2.    Mengidentifikasi jenis-jenis hewan laut dan darat yang terdapat di Tanjung tiram.
3.    Mempelajari cirri-ciri morfologi dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung tiram.
4.    Mengenal habitat dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung tiram.

D.    Manfaat
1.    Dapat mengetahui spesies-spesies hewan Invertebrata yang terdapat di Tanjung tiram.
2.    Dapat mengidentifikasi jenis-jenis hewan berdasarkan ciri morfologi dan habitatnya yang terdapat di sekitar Tanjung tiram.
3.    Dapat menjadi bahan informasi untuk praktikum berikutnya dan sebagai bahan penelitian.
4.    Dapat di jadikan arsip buat praktikan dan laboratorium dalam memperluas penegtahuan.




































BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Kajian Materi

         Serangga adalah hewan-hewan bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan bersegmen. Kitin itu dalam bentuk papan-papan sendi, terdapat pada tubuh dan alat tambahan. Dengan otot-otot yang bertaut pada alat-alat tambahan itu, maka alat-alat tambahan itu sendiri berguna untuk berbagai macam gerakan. Segmentasi itu tampak jelas secara eksternal (Brotowidjoyo, 1944 : 127).
         Porofera adalah hewan yang mempunyai banyak pori. Poro-pori ini merupakan lubang dari saluran-saluran kecil yang menuju didalam ruang utama. Adakalanya saluran-saluran itu melebat atau saling bertemu dalam dinding tubuh berbentuk rongga bulat. Air beserta makanan dan oksigen masuk melalui pori-pori kedalan saluran menuju kerongga tubuh. Air dalam rongga ini akan keluar dari tubuh  melalui lubang yang disebut oscuium. Makanan yanb masuk akan dicerna oleh sel leher pada dinding rongga utama. Sel leher disebut juga chaonocyt  (Hadmadi, 1990 : 185).
        Beberapa spesies dari illum ivioiiusca merupakan hama bagi tanaman padi seperti siput, ada yang merusak galangan kapal, ataupun seperti cacing teredo. Sejenis siput merupakan inang bagi beberapa cacing parasit, misalnya genus liunca. Gigi rdula di ujung interior rusak oleh pemakainan secara terus menerus, gigi harus selalu tumbuh diujung posterior dalam kantong redula. Secara perlahan gigi redula bergerak ke anterior. Philum Echinodermata umumnya hidup dipantai atau didasar lautan. Garis-garis pantai sampai pada kedalaman 1700 m dan kebanyakan hidup bebas dengam pelan. Tubuhnya diselaputi oleh epidermis (Sugiri, 1949 : 40 ).
        Echinodermata bersalal dari bahasa yunani, yauitu echinos yang berarti duri dari derna yang berarti kulit. Jadi echinodermata merupakan hewan yang berkulit duri, hewan tersebut meliputi bintang laut kelas Echinoidea, bintang ular laut kelas Euphiroidea, landak laut kelas Echinoidea, lilia laut dan teripang. Echinodermata ini merupakan hewan yang spesiesnya hidup di laut, ada yang bergerak aktif dan ada pula yang menetap seperti tumbuhan. Echinodermata yang hidup menetap berupa koloni bentuk tubuh yang dewasa, simetri radial dan umumnya terbagi menjadi lima bagian. Cirri utamanya adalah memiliki sistem ambulakral atau saluran air yang berupa sebagian system gerak (Radiopoetro, 1984 : 367).
         Jumlah dan keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan. Walaupun sudah banuak sekali diketahui jenis-jeinis tersebut, ilmuan masih saja menemukan penghuni-penghuni baru, terutama didaerah-daerah terpencil dan dilingkungan laut yang dulunya tak pernah dijangkau orang. Perbedaan keadaan berbagai lingkungan di laut sangat besar dan penghuninya pun beranekaragam. Namun demikian ada keteraturan dalam penyebatan makhluk-makhluk tersebut. Di laut terdapat makhluk- mkhluk yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari 10 m. ratusan ribu jenis biota dilaut telah diketahui dan semua relung (niche=sebanding dengan micro habitat) dilingkungan laut dihuni oleh biota. Disebagian besar wilayah perairan terdapat banyak sekali jenis biota laut yang saling berinteraksi, tetapi dibeberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat jenis biota laut yang hidup dan berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan umumnya (Nasir, 1993 : 88).
         Mollusca terdiri dari lima kelas besar yaitu : 1) Araphhineura, 2) Gastropoda, 3) Plecypoda, 4) Cephalopoda, dan 5)  Scaphopoda. Dari kelima kelaa tersebut hanya tiga yang penting karena memiliki arti yang ekonomi yaitu Gastropoda (jenis keong), Pelecypoda (jenis-jening kerang), dan Cephalopoda (cumi-cumi, sotong dan gurita). Kelas Amphineura yang dalam istilah inggris dikenal dengan nama Chiton, mempunyai tubuh pepeng, dibelakngnya terdapat delapan pelat yang bertumpang tindih seperti genteng. Kakinya yang lebar memungkinkan melekat dengat dengan kuat pada batu-batu karang di pantai. Apabila ia dilepaskan dari batu tempatnya melekat ia segera menggulung tubuhnya dengan pelat-pelat keras menghadap keluar seperti pada hewan trenggiling. Salah satu jenis yang umum di Indonesia adalah  Chitton acanthopleura spinigera yang bentuknya menarik, biasa berukuran sekitar 7-10 cm. Ukurannya amphineura bersifat peka terhadap cahaya. Pada pelat-pelat punggungnya terdapat banyak pori-pori dengan mata mikroskopis yang merupakan ujung saraf yang peka cahaya (Nontji, 2002 : 161).
         Fillum porifera atau dikenal juga dengan nama spons merupakan hewan bersel banyak (metazoa) paling sederhana atau primitive. Dikatakan demikian karena kumpulan sel-selnya belum terorganisir dengan baik dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati. Walaupun porifera tergolong hewan, namun kemampuan geraknya sangat kecil dan hidupnua bersifat menetap. Pada awalnya porofera dianggap sebagai tumbuhan. Baru pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukannya adanya aliran air yang terjadi didalam tubuh porofera. Dari 10000 spesies porofera yang sudah teridentifikasi, sebagian besar hidup dilaut dan hanya 159 yang hidup di air tawar, semuanya termaksud family spongilidae. Umumnya terdapat didaerah jernih, dangkal, dan menempel di substrat. Beberapa menetap didasar perairan berpasir atau berlumpur (Suwignyo, 2005 : 34).
        Hewan-hewan fillum coelenterate umumnya berukuran besar sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berjalan-jalan dipantai dan para pecinta alam pantai yang ingin mempelajari hewan-hewan dari kelompok ini. Kedekatannya denga kegiatan manusia di laut ditunjukan oleh kemampuan sementara kelompok hewan ini yang dapat menyebabkan hacurnhya kapal jikan tertabrak kumpulan hewan ini, contohnya terumbuk karang. Kelompok hewan juga dapat menyebabkan kamatian orang karena tersengat hewan ini, contohnya Portuguese man wo`war. Kelompok hewan lain lagi diketahui sebagai penyebab ketidaknyamanan orang berenang karena gatal-gatal seperti ubur-ubur. Tetapi sebaliknya hewan coelenterate tertentu menyediakan keindahan bagi mereka yang ingin memanfaatkan hasil-hasil dari terumbuk karang. Oleh sebab itu fillu hewan ini mendapat banyak perhatian manusia. Hewan dari fillum ini berbentuk simtri meruji. Mereka mempunyai dinding tubuh yang terdiri dari dua lapis sel, yakni bagian luar yang dinamakan ektoderma dan bagian dalam yang dinamakan endoderma. Karena itu mereka bersifar dipoblastik (dipoblastic : Y : diploos=lipat dua : blatos =tunasm), yang artinya dua tunas (Ramimohtarto, 2007 : 128).
         Anthropoda merupakan phylum terbesar dari animal kingdom. Jumlah spesies dalam anthropoda lebih banyak darp pada semua spesies dari phylum yang lain. Anthropoda merupakan hewan yang dominan dalam dunia ini. Hewan-hewan yang termaksud dalam phylum ini antara lain : udang, insecta, scorpio (kalajengking). Cirri-ciri umum dari anthropoda : (1) Mempunyai appendage yang beruas, (2) Tubuhnya bilateral simetri terdiri dari sejumlah ruas-ruas, (3) Tubuh dibungkus oleh zat caitine, sehingga merupakan exoskeleton (rangka luar), (4) Biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berchitien, sehingga ruas-ruas tersebut mudah digerakan (5) Sistem saraf tangga tai, (6) Coelom pda hewan dewasa adalah kecil dan merupakan suatu rongga berisi darah dan disebut homocoel. Klasifikasi anthropoda, Kelas Crustasea, contoh, udang, kelas Onychopora, contoh : Peripatus, Kelas Chilopoda, Contoh : Kelabang, Kelas Diplipoda, contoh : Kelemanyer, Kelas Hexapoda, Contoh : belalang, Kelas Aracnoidea, contoh : laba-laba, Kelas Pauropoda, contoh : Pauropus, Kelas Symphyla, contoh : scutigerella (Jasin, 1984 : 153).
        Tubuh Anthropoda sepenuhnya ditutupi oleh kutikula (cuticule), suatu eksoskeleton (kerangka eksternal) yang dinbangun oleh lapisan-lapisan protein dan kitin. Kutikula dapat merupakan pelindung yang tebal dan keras diatas beberapa bagian tubuh dan seipis kertas serta fleksibel pada lokasi lain, seperti persendian. Eksoskeleton itu akan melindungi hewan dan menyediakan  titik pertautan bagi otot mengerakan struktur yang kuat dan relative tidak permeable oleh air (Campbell, 2004 : 230).



































BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.    Waktu dan Tempat
1.    Pencarian sampel praktikum
          Pencarian sampel praktikum lapangan dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2013 pada pukul 7.30-16.00 WITA dan bertempat di Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara, Kabupaten Konawe Selatan.
2.    Pengidentifikasian sampel praktikum
          Pengidentifikasian sampel praktikum lapangan di laksanakan pada tanggal 06 Januari 2013 pada pukul 16.30-selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Pendidikan Unit Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.

B.    INSTRUMEN PRAKTIKUM
1.    Alat

No.    Nama Alat                        Fungsi
1.     Jaring                         Untuk menangkap serangga
2.    Thermometer              Untuk mengukur suhu lingkungan laut dan darat
3.    Botol sampel               Tempat menyimpan sampel
4.    Toples                        Tempat menyimpan sampel
5.    Kertas manila             Tempat meletakan objek untuk di ambil gambar
6.    Kamera                     Untuk membuat dokumentasi sampel

2.    Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
1)    Aquades
2)    Larutan formalin

C.    POPULASI DAN SAMPEL

1.    Populasi
          Jenis-jenis hewan yang diambil merupakan hewan-hewan yang hidup di laut baik di pesisir pantai maupun yang berada pada kedalaman 1 meter dari permukaan laut dan di darat yang bertempat di sekitar Wilayah Perkebunan Tanjung Tiram.

2.    Sampel
          Hewan-hewan yang diperoleh di Tanjung Tiram sebagai sampel pengidentifikasian spesies yang dikelompokkan berdasarkan filum adalah sebagai berikut :
1.    Filum Porifera
(a)    Euspongia micellina
(b)    Spongilla officularis
2.    Filum Coelenterata
(a)    Acrophora samoensis
(b)    Ubur-ubur (Aurelia aurita)
3.    Filum Mollusca
(a)    Kerang mutiara (Melegerina sp.)
(b)    Kala umang (Melania sp).
4.    Filum Arthropoda
(a)    Kepiting bakau (Scila serrata)
(b)    Kupu-kupu (Papylio poluxenex)
(c)    Belalang (Disosteria carolina)
(d)    Semut (Monomorium sp.)
(e)    Kaki seribu (julus sp.)

5.    Filum Echinodermata
(a)    Bintang laut (Asterias forbesi)
(b)    Bintang laut biru (Linckia laevigata)
(c)    Bintang ular laut (Ophioderma brevispinum)
(d)    Bulu babi (Arbacia punculata)
(e)    Teripang (Thyone briareus)

D.    PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
a.    Menentukan lokasi praktek
b.    Melakukan observasi pada lokasi tempat praktikum
c.    Mengambil sampel yang hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam toples bahan praktikum.
d.    Mengukur suhu lingkungan darat dan laut dengan menggunakan thermometer dan mencatatnya.
e.    Mengambil sampel yang hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam toples bahan praktikum.
f.    Menangkap serangga dengan menggunakan jarring serangga.
g.    Menyimpan hasil tangkapan di dalam insektarium untuk sementara.
h.    Mengawet serangga, menggamati dan mengidentifikasi morfologinya.
i.    Mengamati hewan akuiatik dan mengidentifikasi morfologinya.










BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Deskripsi Lokasi Praktikum
          Menentukan lokasi praktek, kemudian melakukan observasi pada lokasi tempat praktikum, mengambil sampel yang hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam toples bahan praktikum, mengukur suhu lingkungan darat dan laut dengan menggunakan thermometer dan mencatatnya, mengambil sampel yang hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam toples bahan praktikum, menangkap serangga dengan menggunakan jarring serangga, menyimpan hasil tangkapan di dalam insektarium untuk sementara, mengawet serangga, menggamati dan mengidentifikasi morfologinya, mengamati hewan akuiatik dan mengidentifikasi morfologinya.

B.    Hasil Pengamatan
1.    Pengamatan pada Bintang Laut Merah (Asterias forbesi)
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Echinodermata
Kelas        :    Asteroidea
Ordo        :    Forocippilata
Family        :    Asteridae
Genus        :    Asterias
Spesies    :    Asterias forbesi
                    ( Jasin, 1984:213)

Deskripsi    :

Bintang laut merah (Asterias forbesi). Terdiri dari lima lengan, terpat duri pada permukaan tubuh, pada ujung lengan terdapat bintik mata yang peka terhadap cahaya. Pada bagian oral terdapat mulut dan kaki ambulakral, bagian abrolnya terdapat anus.

2.    Pengamatan Pada Teripang (Thyone briareus)
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Echinodermata
Kelas        :    Holoturoidea
Ordo        :    Dendrochirota
Family        :    Thyonedae
Genus        :    Thyone
Spesies    :    Thyone briareus
                    ( Jasin, 1984:213)

Deskripsi    :
    Teripang (Thyone briareus) ; termasuk dalam filum Porifera pada kelas Holoturoidea. Secara morfologi, tubuh teripang berwarna hitam dimana seluruh tubuhnya diselimuti oleh lapisan kutikula, lunak dan berbentuk bulat memenjang. Mulutnya terdapat pada salah satu ujung yang dikelilingi oleh tentakel yang bercabang. Selain tentakel, juga terdapat adanya kaki buluh. Pada umumnya hidup dilaut yang dangkal.

3.     Pengamatan pada Dromogamphus spoliatus
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Odonata
Family        :    Dromogomphidae
Genus        :    Dromogomphus
Spesies    :    Dromogamphus spoliatus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
    Dromogamphus spoliatus sp. ; termasuk spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Mempunyai sepasang antena. Mempunyai sayap. Hidup di darat secara bebas.
4.    Pengamatan pada Dolichoderos sp.
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Himenoptera
Family        :    Formicidae
Genus        :    Dolichoderos
Spesies    :    Dolichoderos sp.
 ( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
    Dolichoderos sp. ; termasuk spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada thoraks terdapat tiga pasang kaki yang beruas, sedangkan pada bagian kepala terdapat satu pasang antenna dan mata. Tidak terdapat sayap dan abdomen tidak bersegmen. Hidup di darat.
5.    Pengamatan pada Belalang (Dissosteria carollina)
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Orthoptera
Family        :    Acrididae
Genus        :    Dissosteria
Spesies    :    Dissosteria carollina
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
Belalang (Dissosteria carollina) ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Terdapat tiga pasang kaki pada thoraks yang beruas-ruas dimana satu pasang kaki sangat besar dengan femur berotot daging dan bertibia panjang yang berguna untuk meloncat. Memiliki mulut yang terdiri atas maksila dan mandibula. Memiliki sayap. Hidup bebas.

6.    Pengamatan pada Danaus plexipus
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Lepdopetra
Family        :    Papilionidae
Genus        :    Danaus
Spesies    :    Danaus plexipus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
Danaus plexipus ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Memiliki sayap sebanyak dua pasang dengan warna yang beragam dan sangat menarik, kakinya terdiri atas 3 pasang dimana tiap ruas thoraks terdapat 1 pasang kaki. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena dan mata. Pada bagian abdomen jelas terlihat adanya segmen. Hewan ini hidup bebas di darat.

7.    Pengamatan pada Leptoterna dolobrata
Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Orthoptera
Family        :    Gryllidae
Genus        :    Leptoterna
Spesies    :    Leptoterna dolobrata
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
Leptoterna dolobrata ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Bagian kepala terdapat dua pasang antenna dan mata. Bagian thoraks terdapat dua pasang kaki. Hidup di darat.
8.    Pengamatan pada Ostrinia nubilalis

Klasifikasi :
Kingdom    :     Animalia
Filum        :     Arthropoda
Kelas        :    Insecta
Ordo        :    Lepidoptera
Family        :    Ostrinidae
Genus        :    Ostrinia
Spesies    :    Ostrinia nubilalis
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi    :
Ostrinia nubilalis ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Bagian kepala terdiri atas dua pasang antenna dan mata. Memiliki sayap. Hidup di darat.

9.    Pengamatan pada  Acrophora sp.

Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum        : Coelenterata
Classis          : Anthozoa
Ordo            : Madresporariadea
Familia        : Madreporariadea
Genus         : Acrophora
Species       : Acrophora sp.
                    (Jasin, 1987: 93)
Deskripsi
Acropora biasanya ditemukan di tempat dangkal di seluruh perairan indonesia, memiliki bentuk percabangan yang sangat bervariasi dari corimbose, arborescent, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai aksial koralit dan radial koalit. Bentuk radial koralit juga bervariasi, yang bentuk tubular, nariform dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 150 jenis tersebar di seluruh perairan Indonesia.Banyak Acropora yang bersifatoportunistik dan dapat bertahan pada tekanan alam seperti pemanasan dan siltasi. Disamping itu, karang bercabang ini dapat menghasilkan produksi karbonat yang tinggi.

10.    Pengamatan pada Tellescopieum tellescopium
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum       : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Megastrpoda
Familia        : Poramididae
Genus         : Tellescopieum
Species       : Tellescopieum tellescopium
                    (Marshall, 1972: 705)
Deskripsi
    Tellescopieum tellescopium memiliki cangkok dan berbentu kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkoknya. Hewan ini terdapat di laut. Berwarna hitam

11.    Pengamatan pada Nassarius stolatus

Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Bassomathoporidae
Familia        : Nasaridae
Genus         : Nassarius
Species       : Nassarius stolatus
                    ( Jasin, 1987: 153)

Deskripsi
    Nassarius stolats memiliki cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna hitam.
12.    Pengamatan pada Anadonta woodina
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis          : Bivalvia
Ordo            : Eulamallibranchia
Familia         : Unionidae
Genus          : Anadonta
Species        : Anadonta woodina
                        ( Jasin, 1987: 153)
Deskripsi
    Anadonta woodina cankok terdiri atas dua bagian kedua cangkok tersebut disatukan oleh sendi elastis yang disebut hinge. Bagian cangkok yang menggelembung atau membesar dekat sendi disebut umbo. Di dekat umbo terdapat garis konsentris yang menunjukkan gais interval pertumbuhan. Sel epitel bagian luar dari mantel menghasilkan zat pembuat cangkok.


13.    Pengamatan pada Ophioderma brevispinum

Klasifikasi    
Kingdom     : Animalia
Phylum       : Echinodermata
Classis         : Ophiuroidea
Ordo            : Oegophiurida
Familia        : Ophiuridae
Genus         : Ophioderma
Species       : Ophioderma brevispinum
                        (Jasin, 1987: 154)
Deskripsi
Ophioderma brevispinum Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah lengan bulat panjang. Tiap-tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya osikula. Dibagian lateral terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral duri tidak ada. Bentuk ambulakralnya menyerupai ular. Memiliki amburakral dengansistem simetri radial yang berjumlah lima. Hidup dengan cara mengambang benthos di bawah laut, waktu  hidup : ordovician-Resent, Lingkungan Pengendapan :  Zona neritrik dengan  kedalaman 20-200 meter.
14.    Pengamatan pada Euspongilla sp. 1
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Porifera
Classis          : Demospongiae
Ordo            : Keratosadea
Familia        : Keratosadae
Genus          : Euspongilla
Species        : Euspongilla sp. 1
                            (Jasin, 1987: 155)
Deskripsi
    Euspingilla sp. Tubuh berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang. Memiliki tipe saluran air.
15.    Pengamatan pada Euspongilla sp. 2
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Porifera
Classis          : Demospongiae
Ordo            : Keratosadea
Familia        :  Keratosadae
Genus          : Euspongilla
Species        : Euspongilla sp. 2
                            (Marshall, 1972: 706)
Deskripsi
    Euspingilla sp. Tubuh berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang. Memiliki tipe saluran air.
16.    Pengamatan pada Cardium edulo
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Mollusca
Classis          : Bivalvia
Ordo             : Veneroida
Familia         : Cardiidae
Genus           : Cardium
Species         : Cardium edulo
                        (Marshall, 1972: 707)
Deskripsi
Cardium edulo tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati, simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan (inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan bereproduksi dengan cepat. Berwarna putih.

17.    Pengamatan pada Cardium  sp.
Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Bivalvia
Ordo            : Veneroida
Familia         : Cardiidae
Genus           : Cardium
Species         : Cardium sp.
                            (Jasin, 1987: 157)
Deskripsi
Cardium edulo tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati, simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan (inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan bereproduksi dengan cepat. Berwarna hitam.
18.    Pengamatan pada Terebralia sulcata

Klasifikasi
Kingdom     : Animalia
Phylum        : Mollusca
Classis         : Gastropoda
Ordo            : Caenogastropoda
Familia        : Potamididae
Genus          : Terebralia
Species        : Terebralia sulcata
                            (Marshall, 1972: 708)
Deskripsi
Terebralia sulcata  memiliki cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna coklat.
19.    Pengamatan ppada Nerita polita
Klasifikasi
Kingdom      : Animalia
Phylum         : Mollusca
Classis          : Gastopoda
Ordo             : Neritimorpha
Familia         : Neritidae
Genus           : Nerita
Species         : Nerita polita
                        (Jasin, 1987: 154)
Deskripsi
Nerita polita  Hewan ini memiliki cangkang yang mengkilap dan licin. Pada cangkang dapat menunjukan tanda pertumbuhan hewan ini. Warna luar cangkang bercorak putih dan abu-abu. Pada bagian dalam cangkang berwarna cerah dan kekuning-kuningan. Tinggi dapat mencapai 30 mm dan lebar dapat mencapai 39 mm.

B. Pembahasan
Topografi pantai tanjung tiram desa tanjung tiram  kecamatan moramo utara kabupaten konawe selatan. Secara fisik keadaan tanahnya basa trerutama disikitar daerah pantai, tanahnya ada yang rata, dan berbukit. Disekitar pantai tekstur tanahnya berpasir dan bewarna coklat kemerahan dan banyak terdapat hutan bakau. Pada bagian perbukitan banyak terdapat batu kerikil dan banyak terdapat bukit yang ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan . Suhu lingkungan yaitu 280, suhu air 320 sedangkan kelembabannya sekitar 26 0.
Spesies-spesies yang ditemukan pada saat praktikum lapangan dipantai Tanjung Tiram khususnya pada daerah perairan terdiri dari bebrbagai hewan Avertebrata seperti dari phylum Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan Echinodermata. Namun yang paling mendominasi adalah phylum Porifera dan Echinodermata. Jika dibandingkan dengan phylum lainnya. Dari phylum Porifera,  spesies yang kita dapatkan yaitu Chalina oculata dan Euspongia micellina dari kelas Demospongia. Umumnya hewan ini tidak berangka dengan tubuh yang lunak, terdapat lubang besar dibagian atasnya yang disebut osculum sebagai tempat keluarnya air. Selain itu, terdapat pori-pori kecil sebagai tempat masuknya air dalam tubuhnya menuju paragester yang disebut  ostium serta terdapat substrat tempat melekatnya hewan tersebut. Secara sepintas hewan ini menyerupai tumbuhan karena bentuknya bercabang-cabang seperti halnya pada tumbuhan. Hewan ini ditemukan didadasar laut dan bersifat sesil.
Tubuh spons terdiri dari dua lapis sel dengan selapis bahan seperti  jeli, mesoglea yang terdapat diantara kedua lapisan tersebut. Sel-sel dari lapisan dalam mempunyai flagella yang menyebabkan adanya arus air. Bentuk spons dipertahankan oleh kerangka yang terdiri dari spikula yang dibentuk oleh sel-sel yang tersebar di dalam mesoglea.
Dari phylum Mollusca, spesies yang di dapat yaitu kala umang (Melania sp.) pada kelas Gastropoda. Hewan ini memiliki cangkang yang keras tersusun dari zat kitin. Pada cangkang jelas terlihat garis pertumbuhan yang berlekuk-lekuk dan paling ujungnya dinamakan apex. Cangkang bagi hewan ini berfungsin sebagai tempat berlindung dan menyelamatkan diri. Hewan ini memiliki kaki yang digunakan untuk merayap, dimana kaki ini terdapat pada bagian perutnya sehingga bias dikatakan bahwa perutnya berfungsi sebagai kaki. Terdapat tentakeldan mata, bernafas dengan insang sesuai dengan habitatnya di perairan. Cara makanan yaitu menggaruk makanan dengan radula berparut yang menyeupai lidah.
Spesies Coelenterata yang di dapat yaitu ubur-ubur  (Aurelia aurita) pada kelas Scypozoa. Hewan dari phylum ini berongga yang berfungsi sebagai alat pencernaan (gastrovasculer). Coelenterate disebut juga cnidariakarena sesuai dengan cirinya memiliki sel penyengat yang terletak pada tentakel  yang  terletak pada  sekitar mulut. Ubur-ubur menyerupai mangkuk yang transparan dan berukuran besar. Pada bagaian ini terdap[at tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Selain itu, pada tentakel terdapat lengan oral yang merupakan tempat terjadinnya pembuahan. Warnannya trasnsparan sehingga bentuk-bentuk Kristal yang Aurelia aurita kelaminnya terpisah dimana, ada ubur-ubur jantan dan betina. Berkembangbiak secara seksual yaitu dengan peleburan gamet jantan dan gameat betina. Diwali dengan dengan bentuk volip yang bersifat sesil (menempel) secara seksual membentuk medusa yang berenag bebas. Hewan ini makannya berupa hewan-hewan kecil yang merupakan anggita zooplankton. Tubuhnya ditutupi oleh mukosa (zat lendir) yang dapat membantu dalam pengempulan bahan-bahan makanan. Hidup berenang bebas.
Spesies dari phylum Echinodermata yaitu bintang laut merah (Asterias forbesi) , bintang laut (Asteria sp.) pada kelas Asteroidea, bintang ular laut (Ophioderma brevispinum) pada kelas Ophiuroidea, bulu babi  (Arbachia punculata) pada kelas Echinoidea, teripang (Thyone briareus) pada kelas Holoturoidea. Bintang laut merupakan hewan-hewan  yang berdiskus atau bercakram sentral dengan penjuluran-penjuluran yang berongga dan bercabang-cabang cabang  sebagai selom. Mempunyai telapak kai berbentuk tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi oral dari penjuluran-penjuluran itu. Pada hewan ini, dapat dibedakan antara permukaan atas (sisi oral) terdapatnya mulut dan sisi oboral tempat terdapatnya anus. Mulutny terdapat pada sisi oral karena sebgai bentuk penyusuain dari jenis makannnya yang diperoleh dari daasar laut. Pada siso aboral terdapat papan bewwarna yang disebut mandeporit. Jumlah lengannya ada lima. Seluruh tubuhnya tertutupi oleh duru kecuali p[ada lekuk sisi oral yanmg disebut celah amblurakal. Alat gerak berupa tabung telapak. Pada ujung lenfgan terdapat bintik mata aatu alat pekah cahaya. Pada sisi ini, terdapat tabung yang terdapat dikeluar masukkan dan mempunyai pengisap pada umumnya dan berguna untuk memegang benda yang tersentuh.
Bintang ular laut (Ophioderma brevispinum), merupakan jenis spesies yang tersebar dari phylum Echinodermata. Hewan ini cakramnya lebih jelas muncul dari lima buah penjuluran yang tipis dan lentur. Penjeluran-penjeluran itu bercabang-cabang, dimana tiap cabang terdiri dari dua ossikel yang tertutup oleh empat buah papan. Tentakel terletak pentrolateral . Tidak ada pengisap atau ampula. Tabung telapak berfungsi untuk melewatkan makanan kemulut. Lengannya berjumlah lima lengan, dengan tiap lengan ditutupi oleh empat lempeng, satu aboral, satu oral, dan dua lateral. Duri-duri hanya terdapat pada lempeng lateral.
Bulu babi (Arbachia punculata), tubuhnya terbentuk pipih, kulitnya tertutup tanpa memiliki lengan. Duri pada hewan ini dapat bergerak kesegalah arah. Tubuh terbungkus oleh suatu cangkang terdiri dari lempengan yang menyatu membentuk kotak, seperti cangkang keras tempat hewan ini hidup. Mulut terdapat pada ujung yang satu dan anus terdapat pada ujungyang lainnya. Hidupnya berkoloni di dasar laut.
Taripang (Thyone briareus), tubuhnya lunak berbentuk bulat memanjang deang garis oral ke aboral sebagai sumbuh. Kulit tubuh terdiri atas kutikula yang menutupi epidermis permukaan yang tidak bersilia. Pada satu ujung terdapat mulut yang dililingi tentakel-tentakel bercabang. Tentakel ini beringga dan dapat memanjang karena tekanan air,  sebab tentakel ini berhubungan denga system vascular air. Gerakan dilakukan oleh tabung-tabung telapak yang tersusun dalam tiga baris pada sisi ventral sedangkan tiga baris pada sisi dorsal dipakai untuk bernapas.
Jenis spesies yang ada di wilayah daratan yaitu dari phylum Artropoda seperti kupu-kupu (Papylio polyxenes), belalang (Dissosteria sp.), semut (Monomorium sp.) pada kelas Insecta, kepiting bakau (Scilla serrata),  kleas Crustacea dan ular kaki seribu (Jullus sp.) pada kelas Myriapoda. Kupu-kupu, belalang, semut, tubuhnya terbagi atas tiga bagian yaitu kepala, dada (thorax) dan abdomen.  Kaki  berjumlah 3 pasang memiliki sayap dua pasang,  dan perut  terdiri dari 6-11 segmen, memiliki  sepasang antenna 2 mata majemuk dan 3 ocellis.  Pada cephal terdapat antenna yang tersusun atas buku-buku dan mengandung bulu-bulu sensori, panjang dan terdiri dari  banyak segmen. Mata majemuk terletak di sebelah lateral,  kepala tersusun oleh kapsul dan bagian dorsal disebut vertex, bagian internal disebut bernae, dan bagian anterior disebut frons. Bagian-bagian mulut yang berfungsi untuk menggigit terdiri atas maksila dan mandibula, lidah teletak disebelah dalam median dibelakang mulut berupa hipofaring. Kaki berjumlah tiga pasang tiap pasang pada protorakx, mesothoraks, dan metathoraks. Masing-masing kaki terdiri atas buku yang kecil yang disebut troncater, buku, paha atau pemur, buku pendek coksa, yang memlekat pada tubuh, buku bulat, panjang dan kecil disebut tibia. Semua kaki berfungsi untuk memanjant dan berjalan. Masing-masing kaki metathoraks mempunyai femur besar berisi otot dan bertibia panjang yang berguna unutk meloncat.
Kepiting bakau (Scila serrata) pada kelas Crustecea. Umumnya hidup dilaut serta bernafas dengan insang. Memiliki lima pasang anggota gerak, yaitu dua pasang  dan tiga pasang rahang yang terdiri dari satu pasang mandibula, satu pasang maksila dan satu pasang maksila kedua. Memiliki ekskeleton yang keras, tersusun dari kitin yang bersifat tipikal biramus ( bercabang dua), kepala berbentuk sebagai persatuan segmen-segmen. Kadang-kadang bersatu dengan dada membentuk cephalothoraks (cpelaus kepala thorax dan dada).
Ular kaki seribu (Julus sp.), pada kelas Myriapoda. Hewan ini terdiri dari banyak ruas yang sama dimana kakinya terdiri dari semua ruas yang berjumlah  satu pasang, tidak bersayap, tetapi kepalanya jelas terlihat.
Antara hewan yang hidup diperairan berbeda, misalnya pada system pernapasan hewan yang hidup didarat umumnya bearnapas dengan trakea dan hidup diperairan bernapas dengan insang. Dari segi bahan makanan hewan perairan memperoleh makanan dari substrat yang diperairan. Misalnya plankton-plankton. Sedangkan hewan yang didaratan memeperoleh makanan dari tumbuhan yang ada tempat mereka hidup atu bahkan dari jenis Insecta lainnya. Dari bentuk tubuhnya pada hewan di perairan umumnya memiliki bentuk tubuh yang lebih besar di banding yang di daratan.
BAB V
PENUTUP
A.    SIMPULAN

1.    Keadaan topografi pada saat praktek lapangan adalah di daerah daratan mencatatkan suhu sekitar 320C dan suhu air laut adalah sekitar 280C.
2.    Jenis-jenis hewan laut adalah hewan dari filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, Echinodermata, dan jenis-jenis hewan darat adalah jenis hewan dari filum Arthropoda.
3.    Cirri morfologi spesies dari filum Porifera antaranya memiliki pori-pori tubuhnya asimetri yaitu tidak beraturan, spesies dari filum Coelenterata memiliki tentakel dan tubuh bersimetri radial, spesies dari filum Mollusca memiliki cangkang, tidak bersegmen dan tubuhnya simetri bilateral, spesies dari filum Arthropoda memiliki cirri tubuh yang bersegmen dengan eksoskleton berkitin, dan spesies dari filum Echinodermata yang pada umumnya memiliki duri pada kulit tubuhnya.
4.    Habitat dari spesies-spesies yang terdapat di sekitar daerah Tanjung Tiram adalah ada yang hidup di dasar laut, di pesisir pantai, hidup dengan menempel pada batu-batuan (substrat). Hidup dengan melayang-layang di permukaan laut, di pohon dan di bawah tumpukan kayu mati.

B.     SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah di harapkan asisten dapat membibing praktikan dalam mengidentifikasi sampel-sampel yang diperoleh saat pelaksanaan praktikum lapangan yang di adakan di daerah Tanjung Tiram agar proses pengidentifikasian dapat dilaksanakan dengan efisien dan pembuatan laporan lapangan dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah di tetepkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar