BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lebih dari sejuta
hewan ini masih hidup saat ini, dan terdapat kemungkinan bahwa setidaknya
sejuta organism baru akan diidentifikasi oleh generasi ahli biologi masa depan. Hewan dikelompokkan
kedalam sekitar 35 filum, namun jumlah sebenarnya tergantung pada perbedaan
pandangan para ahli sistematika. Hewan menempati hampir semua lingkungan di
muka bumi, tetapi anggota terbanyak sebagian besar filum adalah spesies
akuatik. Lautan yang kemunganan merupakan tempat asal mula jenis-jenis hewan
pertama, masih merupakan rumah bagi sejumlah besar filum hewan. Fauna air tawar
sangatlah banyak, tetapi tidak sekaya keanekaragaman fauna laut (Campbell,
2004:213).
Habitat darat
menimbulkan masalah khusus bagi hewan, seperti halnya juga bagi tumbuhan, dan
beberapa filum hewan telah berhasil melakukan perjalanan evolusi menuju
daratan. Cacing tanah (Filum Anelida) dan bekicot (Filum Mollusca) umumnya
hanya hidup di tanah dan vegetasi lembab. Hanya Vertebrata dan Arthropoda.
Termasuk serangga dan laba-laba, yang diwakili oleh keanekaragaman spesies
hewan yang sangat besar, yang telah beradaptasi ke berbagai lingkungan darat
(Nasir, 1993:135).
Menjalani hidup di
darat yang kita lakukan, menyebabkan pemahaman kita mengenai keanekaragaman
hewan menjadi subjektif sehingga kita lebih menyukai Vertebrata, hewan
bertulang belakang, yang terwakili dengan sangat baik di lingkungan darat. Akan
tetapi, Vertebrata hanya menyusun satu subfilum dari filum Chordata, yang
berjumlah kurang dari 5% dari semua spesies hewan. Jika kita ngin mengambil
sampel-sampel hewan yang menempati laut saat pasang, suatu terumbu karang atau
bebatuan di dasar aliran sungai, kita akan menemukan banyak sekali hewan
Invertebrata, hewan tanpa tulang belakang (Kimball, 1984:884).
Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka dilakaksanakanlah praktikum lapangan yang dilakukan di
daerah Tanjung Tiram Konawe Selatan yang kaya akan fauna darat dan akuatiknya
serta dengan meletakkan beberapa tujuan dan berharap dapat mengambil menfaat
dari pelaksanaan praktikum lapangan tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiaman keadaan
topografi saat pelaksanaan praktek lapangan di Tanjung Tiram?
2. Jenis-jenis hewan laut dan
darat apa saja yang terdapat di Tanjung Tiram?
3. Bagaimana cirri-ciri
morfologi dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung Tiram?
4. Bagaimana habitat dari
spesies-spesies yang terdapat di Tanjung Tiram?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui keadaan
topografi baik di darat maupun di laut saaat pelaksanaan praktek lapangan di
Tanjung tiram.
2. Mengidentifikasi
jenis-jenis hewan laut dan darat yang terdapat di Tanjung tiram.
3. Mempelajari cirri-ciri
morfologi dari spesies-spesies yang terdapat di Tanjung tiram.
4. Mengenal habitat dari
spesies-spesies yang terdapat di Tanjung tiram.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui
spesies-spesies hewan Invertebrata yang terdapat di Tanjung tiram.
2. Dapat mengidentifikasi
jenis-jenis hewan berdasarkan ciri morfologi dan habitatnya yang terdapat di
sekitar Tanjung tiram.
3. Dapat menjadi bahan
informasi untuk praktikum berikutnya dan sebagai bahan penelitian.
4. Dapat di jadikan arsip
buat praktikan dan laboratorium dalam memperluas penegtahuan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Materi
Serangga adalah
hewan-hewan bersegmen dengan eksoskeleton berkitin, dan alat-alat tambahan
bersegmen. Kitin itu dalam bentuk papan-papan sendi, terdapat pada tubuh dan
alat tambahan. Dengan otot-otot yang bertaut pada alat-alat tambahan itu, maka
alat-alat tambahan itu sendiri berguna untuk berbagai macam gerakan. Segmentasi
itu tampak jelas secara eksternal (Brotowidjoyo, 1944 : 127).
Porofera adalah hewan
yang mempunyai banyak pori. Poro-pori ini merupakan lubang dari saluran-saluran
kecil yang menuju didalam ruang utama. Adakalanya saluran-saluran itu melebat
atau saling bertemu dalam dinding tubuh berbentuk rongga bulat. Air beserta
makanan dan oksigen masuk melalui pori-pori kedalan saluran menuju kerongga
tubuh. Air dalam rongga ini akan keluar dari tubuh melalui lubang yang disebut oscuium. Makanan
yanb masuk akan dicerna oleh sel leher pada dinding rongga utama. Sel leher
disebut juga chaonocyt (Hadmadi, 1990 :
185).
Beberapa spesies dari illum ivioiiusca
merupakan hama bagi tanaman padi seperti siput, ada yang merusak galangan
kapal, ataupun seperti cacing teredo. Sejenis siput merupakan inang bagi
beberapa cacing parasit, misalnya genus liunca. Gigi rdula di ujung interior
rusak oleh pemakainan secara terus menerus, gigi harus selalu tumbuh diujung
posterior dalam kantong redula. Secara perlahan gigi redula bergerak ke
anterior. Philum Echinodermata umumnya hidup dipantai atau didasar lautan.
Garis-garis pantai sampai pada kedalaman 1700 m dan kebanyakan hidup bebas
dengam pelan. Tubuhnya diselaputi oleh epidermis (Sugiri, 1949 : 40 ).
Echinodermata bersalal
dari bahasa yunani, yauitu echinos yang berarti duri dari derna yang berarti
kulit. Jadi echinodermata merupakan hewan yang berkulit duri, hewan tersebut
meliputi bintang laut kelas Echinoidea, bintang ular laut kelas Euphiroidea,
landak laut kelas Echinoidea, lilia laut dan teripang. Echinodermata ini
merupakan hewan yang spesiesnya hidup di laut, ada yang bergerak aktif dan ada
pula yang menetap seperti tumbuhan. Echinodermata yang hidup menetap berupa
koloni bentuk tubuh yang dewasa, simetri radial dan umumnya terbagi menjadi
lima bagian. Cirri utamanya adalah memiliki sistem ambulakral atau saluran air
yang berupa sebagian system gerak (Radiopoetro, 1984 : 367).
Jumlah dan
keanekaragaman jenis biota yang hidup di laut sangat menakjubkan. Walaupun
sudah banuak sekali diketahui jenis-jeinis tersebut, ilmuan masih saja
menemukan penghuni-penghuni baru, terutama didaerah-daerah terpencil dan
dilingkungan laut yang dulunya tak pernah dijangkau orang. Perbedaan keadaan
berbagai lingkungan di laut sangat besar dan penghuninya pun beranekaragam.
Namun demikian ada keteraturan dalam penyebatan makhluk-makhluk tersebut. Di
laut terdapat makhluk- mkhluk yang berupa jasad-jasad hidup yang berukuran
sangat besar seperti ikan paus yang panjangnya lebih dari 10 m. ratusan ribu
jenis biota dilaut telah diketahui dan semua relung (niche=sebanding dengan micro
habitat) dilingkungan laut dihuni oleh biota. Disebagian besar wilayah perairan
terdapat banyak sekali jenis biota laut yang saling berinteraksi, tetapi
dibeberapa wilayah perairan yang lain hanya terdapat jenis biota laut yang
hidup dan berinteraksi karena kendala makanan khususnya dan kendala lingkungan
umumnya (Nasir, 1993 : 88).
Mollusca terdiri dari
lima kelas besar yaitu : 1) Araphhineura, 2) Gastropoda, 3) Plecypoda, 4)
Cephalopoda, dan 5) Scaphopoda. Dari
kelima kelaa tersebut hanya tiga yang penting karena memiliki arti yang ekonomi
yaitu Gastropoda (jenis keong), Pelecypoda (jenis-jening kerang), dan
Cephalopoda (cumi-cumi, sotong dan gurita). Kelas Amphineura yang dalam istilah
inggris dikenal dengan nama Chiton, mempunyai tubuh pepeng, dibelakngnya
terdapat delapan pelat yang bertumpang tindih seperti genteng. Kakinya yang
lebar memungkinkan melekat dengat dengan kuat pada batu-batu karang di pantai.
Apabila ia dilepaskan dari batu tempatnya melekat ia segera menggulung tubuhnya
dengan pelat-pelat keras menghadap keluar seperti pada hewan trenggiling. Salah
satu jenis yang umum di Indonesia adalah
Chitton acanthopleura spinigera yang bentuknya menarik, biasa berukuran
sekitar 7-10 cm. Ukurannya amphineura bersifat peka terhadap cahaya. Pada
pelat-pelat punggungnya terdapat banyak pori-pori dengan mata mikroskopis yang
merupakan ujung saraf yang peka cahaya (Nontji, 2002 : 161).
Fillum porifera atau
dikenal juga dengan nama spons merupakan hewan bersel banyak (metazoa) paling
sederhana atau primitive. Dikatakan demikian karena kumpulan sel-selnya belum
terorganisir dengan baik dan belum mempunyai organ maupun jaringan sejati.
Walaupun porifera tergolong hewan, namun kemampuan geraknya sangat kecil dan
hidupnua bersifat menetap. Pada awalnya porofera dianggap sebagai tumbuhan.
Baru pada tahun 1765 dinyatakan sebagai hewan setelah ditemukannya adanya
aliran air yang terjadi didalam tubuh porofera. Dari 10000 spesies porofera
yang sudah teridentifikasi, sebagian besar hidup dilaut dan hanya 159 yang
hidup di air tawar, semuanya termaksud family spongilidae. Umumnya terdapat
didaerah jernih, dangkal, dan menempel di substrat. Beberapa menetap didasar
perairan berpasir atau berlumpur (Suwignyo, 2005 : 34).
Hewan-hewan fillum coelenterate
umumnya berukuran besar sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang
berjalan-jalan dipantai dan para pecinta alam pantai yang ingin mempelajari
hewan-hewan dari kelompok ini. Kedekatannya denga kegiatan manusia di laut
ditunjukan oleh kemampuan sementara kelompok hewan ini yang dapat menyebabkan
hacurnhya kapal jikan tertabrak kumpulan hewan ini, contohnya terumbuk karang.
Kelompok hewan juga dapat menyebabkan kamatian orang karena tersengat hewan
ini, contohnya Portuguese man wo`war. Kelompok hewan lain lagi diketahui
sebagai penyebab ketidaknyamanan orang berenang karena gatal-gatal seperti
ubur-ubur. Tetapi sebaliknya hewan coelenterate tertentu menyediakan keindahan
bagi mereka yang ingin memanfaatkan hasil-hasil dari terumbuk karang. Oleh sebab
itu fillu hewan ini mendapat banyak perhatian manusia. Hewan dari fillum ini
berbentuk simtri meruji. Mereka mempunyai dinding tubuh yang terdiri dari dua
lapis sel, yakni bagian luar yang dinamakan ektoderma dan bagian dalam yang
dinamakan endoderma. Karena itu mereka bersifar dipoblastik (dipoblastic : Y :
diploos=lipat dua : blatos =tunasm), yang artinya dua tunas (Ramimohtarto, 2007
: 128).
Anthropoda merupakan
phylum terbesar dari animal kingdom. Jumlah spesies dalam anthropoda lebih
banyak darp pada semua spesies dari phylum yang lain. Anthropoda merupakan
hewan yang dominan dalam dunia ini. Hewan-hewan yang termaksud dalam phylum ini
antara lain : udang, insecta, scorpio (kalajengking). Cirri-ciri umum dari
anthropoda : (1) Mempunyai appendage yang beruas, (2) Tubuhnya bilateral
simetri terdiri dari sejumlah ruas-ruas, (3) Tubuh dibungkus oleh zat caitine,
sehingga merupakan exoskeleton (rangka luar), (4) Biasanya ruas-ruas terdapat
bagian-bagian yang tidak berchitien, sehingga ruas-ruas tersebut mudah
digerakan (5) Sistem saraf tangga tai, (6) Coelom pda hewan dewasa adalah kecil
dan merupakan suatu rongga berisi darah dan disebut homocoel. Klasifikasi
anthropoda, Kelas Crustasea, contoh, udang, kelas Onychopora, contoh :
Peripatus, Kelas Chilopoda, Contoh : Kelabang, Kelas Diplipoda, contoh :
Kelemanyer, Kelas Hexapoda, Contoh : belalang, Kelas Aracnoidea, contoh :
laba-laba, Kelas Pauropoda, contoh : Pauropus, Kelas Symphyla, contoh :
scutigerella (Jasin, 1984 : 153).
Tubuh Anthropoda
sepenuhnya ditutupi oleh kutikula (cuticule), suatu eksoskeleton (kerangka
eksternal) yang dinbangun oleh lapisan-lapisan protein dan kitin. Kutikula
dapat merupakan pelindung yang tebal dan keras diatas beberapa bagian tubuh dan
seipis kertas serta fleksibel pada lokasi lain, seperti persendian.
Eksoskeleton itu akan melindungi hewan dan menyediakan titik pertautan bagi otot mengerakan struktur
yang kuat dan relative tidak permeable oleh air (Campbell, 2004 : 230).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
1. Pencarian sampel praktikum
Pencarian sampel
praktikum lapangan dilaksanakan pada tanggal 06 Januari 2013 pada pukul
7.30-16.00 WITA dan bertempat di Desa Tanjung Tiram, Kecamatan Moramo Utara,
Kabupaten Konawe Selatan.
2. Pengidentifikasian sampel
praktikum
Pengidentifikasian
sampel praktikum lapangan di laksanakan pada tanggal 06 Januari 2013 pada pukul
16.30-selesai WITA dan bertempat di Laboratorium Pendidikan Unit Biologi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Haluoleo, Kendari.
B. INSTRUMEN PRAKTIKUM
1. Alat
No. Nama Alat Fungsi
1. Jaring Untuk menangkap
serangga
2. Thermometer Untuk mengukur suhu lingkungan
laut dan darat
3. Botol sampel Tempat menyimpan sampel
4. Toples Tempat menyimpan sampel
5. Kertas manila Tempat meletakan objek untuk di
ambil gambar
6. Kamera Untuk membuat dokumentasi sampel
2. Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai
berikut :
1) Aquades
2) Larutan formalin
C. POPULASI DAN SAMPEL
1. Populasi
Jenis-jenis hewan yang
diambil merupakan hewan-hewan yang hidup di laut baik di pesisir pantai maupun
yang berada pada kedalaman 1 meter dari permukaan laut dan di darat yang
bertempat di sekitar Wilayah Perkebunan Tanjung Tiram.
2. Sampel
Hewan-hewan yang
diperoleh di Tanjung Tiram sebagai sampel pengidentifikasian spesies yang
dikelompokkan berdasarkan filum adalah sebagai berikut :
1. Filum Porifera
(a) Euspongia micellina
(b) Spongilla officularis
2. Filum Coelenterata
(a) Acrophora samoensis
(b) Ubur-ubur (Aurelia
aurita)
3. Filum Mollusca
(a) Kerang mutiara
(Melegerina sp.)
(b) Kala umang (Melania sp).
4. Filum Arthropoda
(a) Kepiting bakau (Scila
serrata)
(b) Kupu-kupu (Papylio
poluxenex)
(c) Belalang (Disosteria
carolina)
(d) Semut (Monomorium sp.)
(e) Kaki seribu (julus sp.)
5. Filum Echinodermata
(a) Bintang laut (Asterias
forbesi)
(b) Bintang laut biru
(Linckia laevigata)
(c) Bintang ular laut
(Ophioderma brevispinum)
(d) Bulu babi (Arbacia
punculata)
(e) Teripang (Thyone
briareus)
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
a. Menentukan lokasi praktek
b. Melakukan observasi pada
lokasi tempat praktikum
c. Mengambil sampel yang
hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam
toples bahan praktikum.
d. Mengukur suhu lingkungan
darat dan laut dengan menggunakan thermometer dan mencatatnya.
e. Mengambil sampel yang
hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam
toples bahan praktikum.
f. Menangkap serangga dengan
menggunakan jarring serangga.
g. Menyimpan hasil tangkapan
di dalam insektarium untuk sementara.
h. Mengawet serangga,
menggamati dan mengidentifikasi morfologinya.
i. Mengamati hewan akuiatik
dan mengidentifikasi morfologinya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Praktikum
Menentukan lokasi
praktek, kemudian melakukan observasi pada lokasi tempat praktikum, mengambil
sampel yang hidup di air dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara
di dalam toples bahan praktikum, mengukur suhu lingkungan darat dan laut dengan
menggunakan thermometer dan mencatatnya, mengambil sampel yang hidup di air
dengan teknik menyelam dan menyimpannya untuk sementara di dalam toples bahan
praktikum, menangkap serangga dengan menggunakan jarring serangga, menyimpan
hasil tangkapan di dalam insektarium untuk sementara, mengawet serangga,
menggamati dan mengidentifikasi morfologinya, mengamati hewan akuiatik dan
mengidentifikasi morfologinya.
B. Hasil Pengamatan
1. Pengamatan pada Bintang
Laut Merah (Asterias forbesi)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Ordo : Forocippilata
Family : Asteridae
Genus : Asterias
Spesies : Asterias forbesi
( Jasin,
1984:213)
Deskripsi :
Bintang laut merah (Asterias forbesi). Terdiri dari lima lengan,
terpat duri pada permukaan tubuh, pada ujung lengan terdapat bintik mata yang
peka terhadap cahaya. Pada bagian oral terdapat mulut dan kaki ambulakral,
bagian abrolnya terdapat anus.
2. Pengamatan Pada Teripang
(Thyone briareus)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Holoturoidea
Ordo : Dendrochirota
Family : Thyonedae
Genus : Thyone
Spesies : Thyone briareus
( Jasin,
1984:213)
Deskripsi :
Teripang (Thyone briareus) ;
termasuk dalam filum Porifera pada kelas Holoturoidea. Secara morfologi, tubuh
teripang berwarna hitam dimana seluruh tubuhnya diselimuti oleh lapisan
kutikula, lunak dan berbentuk bulat memenjang. Mulutnya terdapat pada salah
satu ujung yang dikelilingi oleh tentakel yang bercabang. Selain tentakel, juga
terdapat adanya kaki buluh. Pada umumnya hidup dilaut yang dangkal.
3. Pengamatan pada
Dromogamphus spoliatus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Odonata
Family : Dromogomphidae
Genus : Dromogomphus
Spesies : Dromogamphus spoliatus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Dromogamphus spoliatus sp. ;
termasuk spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi
atas tiga bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Mempunyai sepasang antena.
Mempunyai sayap. Hidup di darat secara bebas.
4. Pengamatan pada
Dolichoderos sp.
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Himenoptera
Family : Formicidae
Genus : Dolichoderos
Spesies : Dolichoderos sp.
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Dolichoderos sp. ; termasuk
spesies dari filum Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuhnya terbagi atas tiga
bagian yaitu kepala, thoraks, dan abdomen. Pada thoraks terdapat tiga pasang
kaki yang beruas, sedangkan pada bagian kepala terdapat satu pasang antenna dan
mata. Tidak terdapat sayap dan abdomen tidak bersegmen. Hidup di darat.
5. Pengamatan pada Belalang
(Dissosteria carollina)
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Acrididae
Genus : Dissosteria
Spesies : Dissosteria carollina
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Belalang (Dissosteria carollina) ; merupakan spesies dari filum
Arthropoda pada kelas Insecta. Tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu
kepala, thoraks, dan abdomen. Terdapat tiga pasang kaki pada thoraks yang
beruas-ruas dimana satu pasang kaki sangat besar dengan femur berotot daging
dan bertibia panjang yang berguna untuk meloncat. Memiliki mulut yang terdiri
atas maksila dan mandibula. Memiliki sayap. Hidup bebas.
6. Pengamatan pada Danaus
plexipus
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepdopetra
Family : Papilionidae
Genus : Danaus
Spesies : Danaus plexipus
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Danaus plexipus ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada kelas
Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu
kepala, thoraks, dan abdomen. Memiliki sayap sebanyak dua pasang dengan warna
yang beragam dan sangat menarik, kakinya terdiri atas 3 pasang dimana tiap ruas
thoraks terdapat 1 pasang kaki. Pada bagian kepala terdapat sepasang antena dan
mata. Pada bagian abdomen jelas terlihat adanya segmen. Hewan ini hidup bebas
di darat.
7. Pengamatan pada Leptoterna
dolobrata
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Orthoptera
Family : Gryllidae
Genus : Leptoterna
Spesies : Leptoterna dolobrata
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Leptoterna dolobrata ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada
kelas Insecta. Bagian kepala terdapat dua pasang antenna dan mata. Bagian
thoraks terdapat dua pasang kaki. Hidup di darat.
8. Pengamatan pada Ostrinia
nubilalis
Klasifikasi :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Family : Ostrinidae
Genus : Ostrinia
Spesies : Ostrinia nubilalis
( Jasin, 1984:213)
Deskripsi :
Ostrinia nubilalis ; merupakan spesies dari filum Arthropoda pada
kelas Insecta. Secara morfologi tubuh terbagi atas tiga bagian yang jelas yaitu
kepala, thoraks, dan abdomen. Bagian kepala terdiri atas dua pasang antenna dan
mata. Memiliki sayap. Hidup di darat.
9. Pengamatan pada Acrophora sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Coelenterata
Classis : Anthozoa
Ordo :
Madresporariadea
Familia : Madreporariadea
Genus : Acrophora
Species : Acrophora sp.
(Jasin,
1987: 93)
Deskripsi
Acropora biasanya ditemukan di tempat dangkal di seluruh perairan
indonesia, memiliki bentuk percabangan yang sangat bervariasi dari corimbose,
arborescent, kapitosa dan lain-lain. Ciri khas dari marga ini adalah mempunyai
aksial koralit dan radial koalit. Bentuk radial koralit juga bervariasi, yang
bentuk tubular, nariform dan tenggelam. Marga ini mempunyai sekitar 150 jenis
tersebar di seluruh perairan Indonesia.Banyak Acropora yang
bersifatoportunistik dan dapat bertahan pada tekanan alam seperti pemanasan dan
siltasi. Disamping itu, karang bercabang ini dapat menghasilkan produksi
karbonat yang tinggi.
10. Pengamatan pada
Tellescopieum tellescopium
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo : Megastrpoda
Familia : Poramididae
Genus : Tellescopieum
Species : Tellescopieum
tellescopium
(Marshall,
1972: 705)
Deskripsi
Tellescopieum tellescopium
memiliki cangkok dan berbentu kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya sesuai dengan
bentuk cangkoknya. Hewan ini terdapat di laut. Berwarna hitam
11. Pengamatan pada Nassarius
stolatus
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo :
Bassomathoporidae
Familia : Nasaridae
Genus : Nassarius
Species : Nassarius
stolatus
( Jasin,
1987: 153)
Deskripsi
Nassarius stolats memiliki
cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk
cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna hitam.
12. Pengamatan pada Anadonta
woodina
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo :
Eulamallibranchia
Familia : Unionidae
Genus : Anadonta
Species : Anadonta
woodina
( Jasin,
1987: 153)
Deskripsi
Anadonta woodina cankok
terdiri atas dua bagian kedua cangkok tersebut disatukan oleh sendi elastis
yang disebut hinge. Bagian cangkok yang menggelembung atau membesar dekat sendi
disebut umbo. Di dekat umbo terdapat garis konsentris yang menunjukkan gais
interval pertumbuhan. Sel epitel bagian luar dari mantel menghasilkan zat
pembuat cangkok.
13. Pengamatan pada
Ophioderma brevispinum
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Echinodermata
Classis : Ophiuroidea
Ordo : Oegophiurida
Familia : Ophiuridae
Genus : Ophioderma
Species : Ophioderma
brevispinum
(Jasin,
1987: 154)
Deskripsi
Ophioderma brevispinum Tubuh seperti bola cakral kecil dengan 5 buah
lengan bulat panjang. Tiap-tiap lengan terdiri atas ruas-ruas yang sama. Pada
masing-masing ruas terdapat 2 garis tempat melekatnya osikula. Dibagian lateral
terdapat duri, sedangkan pada bagian dorsal dan ventral duri tidak ada. Bentuk
ambulakralnya menyerupai ular. Memiliki amburakral dengansistem simetri radial
yang berjumlah lima. Hidup dengan cara mengambang benthos di bawah laut,
waktu hidup : ordovician-Resent,
Lingkungan Pengendapan : Zona neritrik
dengan kedalaman 20-200 meter.
14. Pengamatan pada
Euspongilla sp. 1
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Classis : Demospongiae
Ordo : Keratosadea
Familia : Keratosadae
Genus : Euspongilla
Species : Euspongilla sp.
1
(Jasin, 1987: 155)
Deskripsi
Euspingilla sp. Tubuh
berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja
secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang.
Memiliki tipe saluran air.
15. Pengamatan pada
Euspongilla sp. 2
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Porifera
Classis : Demospongiae
Ordo : Keratosadea
Familia : Keratosadae
Genus : Euspongilla
Species : Euspongilla sp.
2
(Marshall, 1972: 706)
Deskripsi
Euspingilla sp. Tubuh
berpori, diploblastik, simetri radial, tersusun atas sel-sel yang bekerja
secara mandiri. Tubuh menyerupai karang-karangan. Ada yang memiliki cabang.
Memiliki tipe saluran air.
16. Pengamatan pada Cardium
edulo
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Familia : Cardiidae
Genus : Cardium
Species : Cardium edulo
(Marshall, 1972: 707)
Deskripsi
Cardium edulo tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di
pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati,
simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan
(inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan
kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya
dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium
juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda
dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan
bereproduksi dengan cepat. Berwarna putih.
17. Pengamatan pada
Cardium sp.
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Bivalvia
Ordo : Veneroida
Familia : Cardiidae
Genus : Cardium
Species : Cardium sp.
(Jasin, 1987: 157)
Deskripsi
Cardium edulo tubuh bercangkang dua. Kulit kerangi dijumpai di
pantai-pantai di seluruh dunia. Kulit kerang ini berbentuk seperti hati,
simetris dan mempunyai tulang luar yang nyata. Mantel mempunyai tiga bukaan
(inhalan, ekshalan, dan pedal) untuk mengalirkan air serta untuk memungkinkan
kakinya ke luar. Cardium biasanya mengorek lubang dengan menggunakan kakinya
dan makan plankton yang didapati dari pengaliran air masuk dan keluar. Cardium
juga mencoba 'melompat' dengan membengkokkan lalu meluruskan kakinya. Berbeda
dengan kebanyakan hewan dua cangkang, Cardium bersifat hermafrodit dan
bereproduksi dengan cepat. Berwarna hitam.
18. Pengamatan pada
Terebralia sulcata
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastropoda
Ordo :
Caenogastropoda
Familia : Potamididae
Genus : Terebralia
Species : Terebralia
sulcata
(Marshall, 1972: 708)
Deskripsi
Terebralia sulcata memiliki
cangkok yang berbentuk kerucut terpilin. Bentuk tubuhnya mengikuti bentuk
cangkoknya. Hidup di air laut. Berwarna coklat.
19. Pengamatan ppada Nerita
polita
Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Mollusca
Classis : Gastopoda
Ordo : Neritimorpha
Familia : Neritidae
Genus : Nerita
Species : Nerita polita
(Jasin,
1987: 154)
Deskripsi
Nerita polita Hewan ini
memiliki cangkang yang mengkilap dan licin. Pada cangkang dapat menunjukan
tanda pertumbuhan hewan ini. Warna luar cangkang bercorak putih dan abu-abu.
Pada bagian dalam cangkang berwarna cerah dan kekuning-kuningan. Tinggi dapat
mencapai 30 mm dan lebar dapat mencapai 39 mm.
B. Pembahasan
Topografi pantai tanjung tiram desa tanjung tiram kecamatan moramo utara kabupaten konawe
selatan. Secara fisik keadaan tanahnya basa trerutama disikitar daerah pantai,
tanahnya ada yang rata, dan berbukit. Disekitar pantai tekstur tanahnya
berpasir dan bewarna coklat kemerahan dan banyak terdapat hutan bakau. Pada
bagian perbukitan banyak terdapat batu kerikil dan banyak terdapat bukit yang
ditumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan . Suhu lingkungan yaitu 280, suhu air 320
sedangkan kelembabannya sekitar 26 0.
Spesies-spesies yang ditemukan pada saat praktikum lapangan dipantai
Tanjung Tiram khususnya pada daerah perairan terdiri dari bebrbagai hewan
Avertebrata seperti dari phylum Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan
Echinodermata. Namun yang paling mendominasi adalah phylum Porifera dan
Echinodermata. Jika dibandingkan dengan phylum lainnya. Dari phylum
Porifera, spesies yang kita dapatkan
yaitu Chalina oculata dan Euspongia micellina dari kelas Demospongia. Umumnya
hewan ini tidak berangka dengan tubuh yang lunak, terdapat lubang besar
dibagian atasnya yang disebut osculum sebagai tempat keluarnya air. Selain itu,
terdapat pori-pori kecil sebagai tempat masuknya air dalam tubuhnya menuju
paragester yang disebut ostium serta
terdapat substrat tempat melekatnya hewan tersebut. Secara sepintas hewan ini
menyerupai tumbuhan karena bentuknya bercabang-cabang seperti halnya pada
tumbuhan. Hewan ini ditemukan didadasar laut dan bersifat sesil.
Tubuh spons terdiri dari dua lapis sel dengan selapis bahan
seperti jeli, mesoglea yang terdapat
diantara kedua lapisan tersebut. Sel-sel dari lapisan dalam mempunyai flagella
yang menyebabkan adanya arus air. Bentuk spons dipertahankan oleh kerangka yang
terdiri dari spikula yang dibentuk oleh sel-sel yang tersebar di dalam
mesoglea.
Dari phylum Mollusca, spesies yang di dapat yaitu kala umang (Melania
sp.) pada kelas Gastropoda. Hewan ini memiliki cangkang yang keras tersusun
dari zat kitin. Pada cangkang jelas terlihat garis pertumbuhan yang
berlekuk-lekuk dan paling ujungnya dinamakan apex. Cangkang bagi hewan ini
berfungsin sebagai tempat berlindung dan menyelamatkan diri. Hewan ini memiliki
kaki yang digunakan untuk merayap, dimana kaki ini terdapat pada bagian
perutnya sehingga bias dikatakan bahwa perutnya berfungsi sebagai kaki. Terdapat
tentakeldan mata, bernafas dengan insang sesuai dengan habitatnya di perairan.
Cara makanan yaitu menggaruk makanan dengan radula berparut yang menyeupai
lidah.
Spesies Coelenterata yang di dapat yaitu ubur-ubur (Aurelia aurita) pada kelas Scypozoa. Hewan
dari phylum ini berongga yang berfungsi sebagai alat pencernaan
(gastrovasculer). Coelenterate disebut juga cnidariakarena sesuai dengan
cirinya memiliki sel penyengat yang terletak pada tentakel yang
terletak pada sekitar mulut.
Ubur-ubur menyerupai mangkuk yang transparan dan berukuran besar. Pada bagaian
ini terdap[at tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa. Selain itu, pada
tentakel terdapat lengan oral yang merupakan tempat terjadinnya pembuahan.
Warnannya trasnsparan sehingga bentuk-bentuk Kristal yang Aurelia aurita
kelaminnya terpisah dimana, ada ubur-ubur jantan dan betina. Berkembangbiak
secara seksual yaitu dengan peleburan gamet jantan dan gameat betina. Diwali
dengan dengan bentuk volip yang bersifat sesil (menempel) secara seksual
membentuk medusa yang berenag bebas. Hewan ini makannya berupa hewan-hewan
kecil yang merupakan anggita zooplankton. Tubuhnya ditutupi oleh mukosa (zat
lendir) yang dapat membantu dalam pengempulan bahan-bahan makanan. Hidup
berenang bebas.
Spesies dari phylum Echinodermata yaitu bintang laut merah (Asterias
forbesi) , bintang laut (Asteria sp.) pada kelas Asteroidea, bintang ular laut
(Ophioderma brevispinum) pada kelas Ophiuroidea, bulu babi (Arbachia punculata) pada kelas Echinoidea,
teripang (Thyone briareus) pada kelas Holoturoidea. Bintang laut merupakan
hewan-hewan yang berdiskus atau
bercakram sentral dengan penjuluran-penjuluran yang berongga dan
bercabang-cabang cabang sebagai selom.
Mempunyai telapak kai berbentuk tabung dan terletak pada alur sepanjang sisi
oral dari penjuluran-penjuluran itu. Pada hewan ini, dapat dibedakan antara
permukaan atas (sisi oral) terdapatnya mulut dan sisi oboral tempat terdapatnya
anus. Mulutny terdapat pada sisi oral karena sebgai bentuk penyusuain dari jenis
makannnya yang diperoleh dari daasar laut. Pada siso aboral terdapat papan
bewwarna yang disebut mandeporit. Jumlah lengannya ada lima. Seluruh tubuhnya
tertutupi oleh duru kecuali p[ada lekuk sisi oral yanmg disebut celah
amblurakal. Alat gerak berupa tabung telapak. Pada ujung lenfgan terdapat
bintik mata aatu alat pekah cahaya. Pada sisi ini, terdapat tabung yang
terdapat dikeluar masukkan dan mempunyai pengisap pada umumnya dan berguna
untuk memegang benda yang tersentuh.
Bintang ular laut (Ophioderma brevispinum), merupakan jenis spesies
yang tersebar dari phylum Echinodermata. Hewan ini cakramnya lebih jelas muncul
dari lima buah penjuluran yang tipis dan lentur. Penjeluran-penjeluran itu
bercabang-cabang, dimana tiap cabang terdiri dari dua ossikel yang tertutup
oleh empat buah papan. Tentakel terletak pentrolateral . Tidak ada pengisap
atau ampula. Tabung telapak berfungsi untuk melewatkan makanan kemulut.
Lengannya berjumlah lima lengan, dengan tiap lengan ditutupi oleh empat
lempeng, satu aboral, satu oral, dan dua lateral. Duri-duri hanya terdapat pada
lempeng lateral.
Bulu babi (Arbachia punculata), tubuhnya terbentuk pipih, kulitnya
tertutup tanpa memiliki lengan. Duri pada hewan ini dapat bergerak kesegalah
arah. Tubuh terbungkus oleh suatu cangkang terdiri dari lempengan yang menyatu
membentuk kotak, seperti cangkang keras tempat hewan ini hidup. Mulut terdapat
pada ujung yang satu dan anus terdapat pada ujungyang lainnya. Hidupnya
berkoloni di dasar laut.
Taripang (Thyone briareus), tubuhnya lunak berbentuk bulat memanjang
deang garis oral ke aboral sebagai sumbuh. Kulit tubuh terdiri atas kutikula
yang menutupi epidermis permukaan yang tidak bersilia. Pada satu ujung terdapat
mulut yang dililingi tentakel-tentakel bercabang. Tentakel ini beringga dan
dapat memanjang karena tekanan air,
sebab tentakel ini berhubungan denga system vascular air. Gerakan
dilakukan oleh tabung-tabung telapak yang tersusun dalam tiga baris pada sisi
ventral sedangkan tiga baris pada sisi dorsal dipakai untuk bernapas.
Jenis spesies yang ada di wilayah daratan yaitu dari phylum Artropoda
seperti kupu-kupu (Papylio polyxenes), belalang (Dissosteria sp.), semut
(Monomorium sp.) pada kelas Insecta, kepiting bakau (Scilla serrata), kleas Crustacea dan ular kaki seribu (Jullus
sp.) pada kelas Myriapoda. Kupu-kupu, belalang, semut, tubuhnya terbagi atas
tiga bagian yaitu kepala, dada (thorax) dan abdomen. Kaki
berjumlah 3 pasang memiliki sayap dua pasang, dan perut
terdiri dari 6-11 segmen, memiliki
sepasang antenna 2 mata majemuk dan 3 ocellis. Pada cephal terdapat antenna yang tersusun
atas buku-buku dan mengandung bulu-bulu sensori, panjang dan terdiri dari banyak segmen. Mata majemuk terletak di
sebelah lateral, kepala tersusun oleh
kapsul dan bagian dorsal disebut vertex, bagian internal disebut bernae, dan
bagian anterior disebut frons. Bagian-bagian mulut yang berfungsi untuk
menggigit terdiri atas maksila dan mandibula, lidah teletak disebelah dalam
median dibelakang mulut berupa hipofaring. Kaki berjumlah tiga pasang tiap
pasang pada protorakx, mesothoraks, dan metathoraks. Masing-masing kaki terdiri
atas buku yang kecil yang disebut troncater, buku, paha atau pemur, buku pendek
coksa, yang memlekat pada tubuh, buku bulat, panjang dan kecil disebut tibia.
Semua kaki berfungsi untuk memanjant dan berjalan. Masing-masing kaki
metathoraks mempunyai femur besar berisi otot dan bertibia panjang yang berguna
unutk meloncat.
Kepiting bakau (Scila serrata) pada kelas Crustecea. Umumnya hidup
dilaut serta bernafas dengan insang. Memiliki lima pasang anggota gerak, yaitu
dua pasang dan tiga pasang rahang yang
terdiri dari satu pasang mandibula, satu pasang maksila dan satu pasang maksila
kedua. Memiliki ekskeleton yang keras, tersusun dari kitin yang bersifat
tipikal biramus ( bercabang dua), kepala berbentuk sebagai persatuan
segmen-segmen. Kadang-kadang bersatu dengan dada membentuk cephalothoraks
(cpelaus kepala thorax dan dada).
Ular kaki seribu (Julus sp.), pada kelas Myriapoda. Hewan ini terdiri
dari banyak ruas yang sama dimana kakinya terdiri dari semua ruas yang
berjumlah satu pasang, tidak bersayap,
tetapi kepalanya jelas terlihat.
Antara hewan yang hidup diperairan berbeda, misalnya pada system
pernapasan hewan yang hidup didarat umumnya bearnapas dengan trakea dan hidup
diperairan bernapas dengan insang. Dari segi bahan makanan hewan perairan
memperoleh makanan dari substrat yang diperairan. Misalnya plankton-plankton.
Sedangkan hewan yang didaratan memeperoleh makanan dari tumbuhan yang ada
tempat mereka hidup atu bahkan dari jenis Insecta lainnya. Dari bentuk tubuhnya
pada hewan di perairan umumnya memiliki bentuk tubuh yang lebih besar di
banding yang di daratan.
BAB V
PENUTUP
A. SIMPULAN
1. Keadaan topografi pada
saat praktek lapangan adalah di daerah daratan mencatatkan suhu sekitar 320C
dan suhu air laut adalah sekitar 280C.
2. Jenis-jenis hewan laut
adalah hewan dari filum Porifera, Coelenterata, Mollusca, Echinodermata, dan
jenis-jenis hewan darat adalah jenis hewan dari filum Arthropoda.
3. Cirri morfologi spesies dari filum Porifera
antaranya memiliki pori-pori tubuhnya asimetri yaitu tidak beraturan, spesies
dari filum Coelenterata memiliki tentakel dan tubuh bersimetri radial, spesies
dari filum Mollusca memiliki cangkang, tidak bersegmen dan tubuhnya simetri
bilateral, spesies dari filum Arthropoda memiliki cirri tubuh yang bersegmen
dengan eksoskleton berkitin, dan spesies dari filum Echinodermata yang pada
umumnya memiliki duri pada kulit tubuhnya.
4. Habitat dari
spesies-spesies yang terdapat di sekitar daerah Tanjung Tiram adalah ada yang
hidup di dasar laut, di pesisir pantai, hidup dengan menempel pada batu-batuan
(substrat). Hidup dengan melayang-layang di permukaan laut, di pohon dan di
bawah tumpukan kayu mati.
B. SARAN
Adapun saran yang dapat kami ajukan adalah di harapkan asisten dapat
membibing praktikan dalam mengidentifikasi sampel-sampel yang diperoleh saat
pelaksanaan praktikum lapangan yang di adakan di daerah Tanjung Tiram agar
proses pengidentifikasian dapat dilaksanakan dengan efisien dan pembuatan
laporan lapangan dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah di tetepkan.